![]() |
Pexels/GRStocks |
Sudah masyhur dalam tradisi islam bahwa penyebaran ilmu dimulai dalam beraneka ragam cara. Salah satunya adalah lewat majelis-majelis keilmuan baik di zaman nabi maupun di zaman generasi setelah beliau. Sebagaimana tergambar pada hadist keutamaan bermajelis ini:
وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ
“Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah dari rumah-rumah Allah (masjid) membaca Kitabullah dan saling mempelajarinya, melainkan akan turun kepada mereka sakinah (ketenangan), mereka akan dinaungi rahmat, mereka akan dilingkupi para malaikat dan Allah akan menyebut-nyebut mereka pada sisi para makhluk yang dimuliakan di sisi-Nya” (HR. Muslim no. 2699).
As-sakinah menurut syaikh Khalid Al-Sabt adalah ketenangan hati, ke khusyu’an, ketenteraman jiwa dan pikiran yang nyaman. Sehingga, jika ketenangan jiwa telah kita dapatkan, tentu inspirasi akan hilir-mudik menyambangi kita. Maka tidak heran jika ketenangan jiwa menjadi hal yang mahal pada akhir-akhir ini. Terbukti dari berbagai video bergenre healing yang viral menunjukkan bahwa harga ketenangan jiwa itu mahal. Padahal itu semua bisa juga didapat dalam majelis-majelis dzikir.
Sedangkan “dinaungi rahmat” berarti hilangnya kedengkian dalam diri. Seseorang yang hilang rasa dengkinya, mudah baginya untuk bersosialisasi. Sehingga, team work akan terbangun dan terbentuklah koneksi yang solid.
Adapun “dilingkupi malaikat” bermakna para malaikat senantiasa membersamai dan mendoakan orang-orang yang bermajelis tersebut. Jika malaikat hadir, tentunya syaitan akan menjauh dan hilang pula bisikan-bisikan keburukan. Sehingga tersisalah suasana positif yang mendukung kegiatan transfer ilmu.
Sedangkan Allah menyebut-nyebut orang yang bermajelis di hadapan penduduk langit mengisyaratkan bahwa Allah meridhoi para ahli majelis. Jika Allah telah meridhoi, maka siapa lagi yang bisa membuat celaka? Sehingga mantaplah keyakinannya, keputusannya dan langkahnya dalam urusan hidup.
Seminar Akhirat
Sedemikian besarnya efek dari majelis-majelis Qur’an ini bukan? Maka tidak heran jika dalam 30 tahun Islam mampu menaungi sepertiga dunia, menjadi penantang baru dua negara adi daya Persia dan Romawi, menjadi rujukan keilmuan dan peradaban Eropa yang saat itu sedang berkubang dalam kemerosotan.
Satu hadist saja jika kita mampu untuk memahami dalam realitas kekinian dan mengamalkannya dalam keseharian maka dampaknya akan sangat luar biasa. Namun faktanya memang berbeda. Kemudahan yang ada berupa kitab-kitab hadist yang berlimpah bahkan mudah didapat melalui internet justru membentuk pribadi yang minim perjuangan.
Akhirnya, satu-satunya cara untuk menjaga spirit mencari ilmu hanyalah pada kelihaian seseorang untuk memilih lingkungan yang baik. Micro circle yang baik itu mudah kita dapati pada halaqah-halaqah keilmuan seperti yang diajarkan nabi melalui hadist di atas. Dalam satu halaqah, umumnya setiap orang berangkat dari latar belakang yang sama, dengan suasana yang sama dan dengan satu tujuan yang sama.
Oleh sebab itu, tidak menjadi aneh jika dari halaqah-halaqah kecil itulah kejayaan Islam bermula. Bahwa halaqah-halaqah itu bukanlah sekedar majelis biasa, namun ia adalah seminar akhirat. Maka apakah ada buku terbaik selain ini (alquran)? Milyaran kali dibaca di dunia, paling banyak dikaji, dikomparasi, diimplemetasi, diselaraskan dengan sains, trilyunan eksemplar dicetak? Ya, di dalam halaqah-halaqah itulah kitab pedoman paling bergengsi ini dikaji.
Kesimpulan
Setelah memahami bagaimana pentingnya metode pengajaran ala nabi dan sahabat, serta kehebatan Al-Qu’an jika dipahami dengan baik, maka kita dapat mengambil hikmah yang dalam. Bahwa upaya-upaya menghidupkan tradisi keilmuan adalah dengan membentu circle yang juga mendukung tujuan kita.
“Dari Halaqah Al-Qur’an Menuju Kedigdayaan.”
Posting Komentar